Mendengar nama Ibnu Sina mungkin kita akan teringat seorang ilmuwan,
dokter, dan filsuf Islam ternama di dunia kesehatan. Begitu juga di Desa
Tanjungmuli Kecamatan Karangmoncol. Rahmat Ibnu Sina, namanya sudah
tidak asing lagi bagi masyarakat miskin atau pegawai rumah sakit di
Purbalingga maupun Purwokerto. Dia kerap membawa orang sakit dan
membantu mengurus proses perawatan di rumah sakit sampai sembuh. Dia
tidak dibayar dalam membantu orang sakit itu karena hal itu merupakan
panggilan hatinya.
Oleh. PUTUT JOKO UTOMO
Pada pertengahan 2007, berbekal uang Rp 24 Ribu, Rahmat Ibnu Sina
membawa istrinya yang sakit berobat ke rumah sakit. Ia bingung harus
berbuat apa saat itu. Biaya rumah sakit yang mahal tidak bisa dibayar
dengan uang yang ia bawa. Pikiran pusing, bingung berbaur menjadi satu.
Dari pengalaman pribadinya itu, Rahmat Ibnu Sina tersentuh hatinya. Ia cukup memahami bagaimana pusingnya orang miskin saat sakit. Tak hanya persoalan biaya. Kebingungan administrasi juga menjadi persoalan bagi warga pedesaan saat mengakses pelayanan rumah sakit.
Karena itu, dia memilih menjadi pekerja sosial, mengurus orang sakit yang berada di desanya. "Bukan hanya Desa Tanjungmuli, tapi seringkali dari kecamatan Karanganyar, Kertanegara atau lainnya juga minta diantarkan saya," tuturnya.
Ia menceritakan, saat mengurus istrinya yang sakit, dirinya bingung karena tidak memiliki uang. Dia disarankan untuk mengurus surat-surat di desa dan surat lainnya. Dari mengurus surat-surat untuk biaya kesehatan itu, ternyata biaya kesehatan bisa gratis atau dengan biaya murah. Mula dari situlah ia berjanji untuk menolong orang lain yang membutuhkannya.
Ketererbatasan pengetahuan tentang proses administrasi dalam mengurusi surat dan biaya terkadang membuat ketakutan tersendiri bagi orang miskin dimasyarakat. Sehingga, banyak masyarakat membiarkan penyakitnya bersarang ditubuhnya karena takut dengan biaya rumah sakit. Hal ini menurutnya, menjadi jurang pemisah antara masyarakat dan dunia kesehatan.
"Seperti saya dulu punya masalah tapi tidak menceritakan kepada orangtua atau teman, sehingga hanya saya yang tahu. Dan hal itu tidak membantu menyelesaikan masalah,” imbuh pemuda 34 tahun itu.
Bukan perkara mudah menjadi pekerja sosial. Selain harus siaga 24 jam, ia juga harus siap bila dipanggil oleh masyarakat. Pasalnya, bukan hanya masyarakat di wilayah Tanjungmuli saja yang memanggil dirinya. Masyarakat luar desa juga sering meminta bantuannya.
Tidak ada biaya yang harus dikeluarkan untuk jasanya. Hanya, seikhlasnya saja dari pasien yang ia urus. Namun, sebagian besar masyarakat yang sakit adalah masyarakat menengah ke bawah sehingga ucapan terimakasih dari mereka yang dibantu dirasa sudah cukup.
“Rejeki itu Allah yang ngatur, hidup itu bukan bagaimana menjadi kaya namun bagaimana untuk berguna bagi masyarakat,” imbuhnya.
Melihat keseriusan dan ketekunannya, Pemerintah Desa Tanjungmuli memberikan amanah pada Rahmat Ibnu Sina untuk mengelola sebuah Mobil Pelayanan Masyarakat (MPM) Desa Tanjungmuli. Mobil MPM ini bisa digunakan untuk melayani masyarakat desa Tanjungmuli yang sakit.
Kepala Desa Tanjungmuli Joko Pranoto mengatakan, keseriusan Rahmat Ibnu Sina dan kejadian meninggalnya dua orang ibu hamil beberapa tahun lalu membuat pemer ntah desa berpikir untuk memfasilitasi masyarakat yang sakit agar bisa tertangani dengan cepat. “Wilayah Tanjungmuli sangat luas yang punya mobil juga belum tentu bisa cepat menolong. Sedangkan orang sakit harus cepat ditolong, apalagi ibu yang mau melahirkan,” tuturnya.(*)
BIO DATA :
Nama : RAHMAT IBNU SINA
Caleg PKS DPRD Kab. Dapil Purbalingga 1 (Karangmoncol, Karanganyar, Kertanegara, dan Rembang)
No. Urut : 6
Tempat/Tgl Lahir: Purbalingga, 27-07-1979
Alamat: Tunjungmuli RT. 004 RW. 02, Kec. Karangmoncol, Kab. Purbalingga
No. Hp : 082326799945
Visi dan Misi: Peduli Sosial dalam pelayanan kesehatan, siap memperjuangkan anak putus sekolah, merehabilitasi rumah tidak layak huni untuk masyarakat miskin.
Sumber : Radar Banyumas
0 komentar:
Posting Komentar