Meja Telepon
Ibu (bag. 1)
by: Siti Horiah (*)
by: Siti Horiah (*)
Di5udut ruang tamu kami, yang
lua5nya tidak lebih dari 4m2 itu terletak 5ebuah meja kecil berwarna hitam.
Meja itu adalah 5ebuah meja telepon rumah yang 5udah beralih fung5i 5ebagai
meja belajarku. Meja itu adalah 5atu-5atunya meja yang ada di rumah kami, meja
yang 5ampai 5aat ini ma5ih dibiarkan ibuku tetap berdiri tegak dan ma5ih tetap
berada dirumah kami dengan 5ebuah ala5an yang tak aku ketahui.
Beginilah kondi5i rumah kami 5etelah
peri5tiwa kebangkrutan u5aha ayahku. Demi menyambung nyawa keluarga kami, ibu
rela menjual barang-barang berharga yanga ada di rumah kami pada tetangga 5ekitar.
Ibuku tidak tahu lagi haru5 berbuat apa, dan tidak tahu lagi bagaimana caranya
mendapatkan uang untuk membeli bera5. Beliau menjual 5atu per5atu barang-barang
berharga kami, 5etiap kali datang waktu makan. Mulai dari beberapa pakaian
ibuku yang paling beliau 5uka, alat-alat dapur 5eperti gela5, piring, panci, di5pen5er,
bahkan 5endok dan garpu pun ikut habi5 terjual.
Ayahku tidak dapat berbuat banyak 5etelah peri5tiwa kebangkrutan u5ahanya. Beliau hanya mampu menjadi kuli dipa5ar tradi5ional di kota kami. Upah yang dia terima tidak mampu menutupi kebutuhan keluarga be5ar kami.
Ayahku tidak dapat berbuat banyak 5etelah peri5tiwa kebangkrutan u5ahanya. Beliau hanya mampu menjadi kuli dipa5ar tradi5ional di kota kami. Upah yang dia terima tidak mampu menutupi kebutuhan keluarga be5ar kami.
***
5uatu 5iang, aku melihat adikku
Rafi menangi5 5ambil menghampiri ibu yang 5edang duduk lema5 menonton tv tanpa
antena itu. Aku memperhatikan gerak-gerik ibu yang kepanikan, beliau tidak
ingin membiarkan Rafi adikku menangi5 terlalu lama.
“ibu, ibu aku lapar!” jerit
Rafi.
Ibu yang tak bi5a berkata
apa-apa lang5ung pergi menuju dapur, mengambil beberapa piring. Aku pun teru5 memperhatikan
gerak-gerik ibu. Aku heran apa yang akan ibu lakukan dengan kelima buah piring
itu. 5empat aku berpikir kalau ibu akan mengambilkan na5i untuk Rafi, namun aku
teringat kalau dari kemarin aku belum mema5ak na5i untuk keluarga kami. Dengan
ma5ih tetap memperhatikannya dari balik pintu, aku melihat air mata ibuku jatuh
berlinang memba5ahi pipinya yang pucat, namun dengan cepat beliau lang5ung
menghapu5nya takut-takut kalau air matanya akan terlihat olehku. Aku pura-pura
tidak 5adar dengan apa yang ibu lakukan didapur, aku menyibukan diriku dengan
menggendong dan menimang Rafi agar dia tidak menangi5.
Kubiarkan ibu dengan ke5ibukannya,
kulihat beliau keluar rumah dengan kelima piringnya itu. Tak beberapa lama
kemudian beliau kembali dengan uang ribuan yang lu5uh 5ebanyak lima lembar. Aku
terheran-heran ata5 apa yang ibu lakukan. Ibu lang5ung menyuruhku pergi
kewarung membeli 5etengah liter bera5, dan 5atu butir telur. Tanpa berpikir
panjang aku pun lang5ung pergi menuruti perintah ibu.
Aku kembali dengan apa yang ibu
minta dan ibu lang5ung menyuruhku mema5aknya. Ibu menyuruhku membuat telur
dadar dengan mencampurkan telur itu dengan terigu, agar 5atu telur itu menjadi
be5ar dan cukup untuk dimakan oleh kami ber5embilan. Aku menarik napa5
dalam-dalam, air mataku pun tak kuat dibendung, menete5 jatuh. Aku tak kuat
menahan ini 5emua, bagaimana tidak, 5etiap harinya kami hanya makan 5atu kali 5ehari.
Berbagi 5etengah liter na5i untuk 5embilan orang, 5atu butir telur 5aja haru5
dibagi 5embilan, 5ering kamipun membagi 2 bungku5 mie in5tan5 untuk 5embilan
orang. Terkadang ayah memilih pergi dari rumah 5aat tiba waktu makan, beliau
pergi 5ambil menitip pe5an padaku agar jatah makanannya diberikan pada
adik-adikku 5aja.
Ibu 5angat 5ayang pada kami,
beliau tidak pernah membagi penderitaanya pada kami 5emua. 5elagi ayah menjadi
kuli dipa5ar, ibu 5elalu menggantikan peran ayah. Ibu tak pernah terlihat 5edih
dengan penderitaanya. Ibu rela berkorban demi kami 5emua. Ibu rela menjual
tempat tidurnya dan memilih tidur dilantai dengan berala5kan ka5ur yang tipi5 5aja.
Hampir 5eluruh barang berharga dirumah kami terpak5a beliau jual, demi menutupi pendapatan ayah yang be5arnya tak kurang dari 5epuluh ribu rupiah. Hanya 5atu buah meja telepon yang ibu 5i5akan diruang tamu kami. Aku heran kenapa ibu tidak pernah mau menjual meja ter5ebut, beliau lebih memilih menjual beberapa pakaiannya ketimbang menjual meja ter5ebut. 5ampai pada 5aatnya aku tak 5anggup melihat pakaian terbaik ibu haru5 ikut terjual, akupun menawarkan meja telepon itu untuk dijual pada ibu. Namun ibu menolak dengan kata-kata yang membuatku menangi5 5endiri.
“5elapar apapun kita nanti, ibu tidak akan menjual tempat yang kau gunakan untuk mengantungkan cita-citamu itu nak, pakailah teru5 meja itu.” Ungkapnya 5ambil pergi kerumah tetangga untuk menjual baju terbaiknya 5elama ini, demi 5epiring na5i untuk keenam adikku.
Hampir 5eluruh barang berharga dirumah kami terpak5a beliau jual, demi menutupi pendapatan ayah yang be5arnya tak kurang dari 5epuluh ribu rupiah. Hanya 5atu buah meja telepon yang ibu 5i5akan diruang tamu kami. Aku heran kenapa ibu tidak pernah mau menjual meja ter5ebut, beliau lebih memilih menjual beberapa pakaiannya ketimbang menjual meja ter5ebut. 5ampai pada 5aatnya aku tak 5anggup melihat pakaian terbaik ibu haru5 ikut terjual, akupun menawarkan meja telepon itu untuk dijual pada ibu. Namun ibu menolak dengan kata-kata yang membuatku menangi5 5endiri.
“5elapar apapun kita nanti, ibu tidak akan menjual tempat yang kau gunakan untuk mengantungkan cita-citamu itu nak, pakailah teru5 meja itu.” Ungkapnya 5ambil pergi kerumah tetangga untuk menjual baju terbaiknya 5elama ini, demi 5epiring na5i untuk keenam adikku.
Aku lema5 mendengarnya, jadi 5elama
ini ibu tidak mau menjualnya hanya karena aku 5ering memakai meja yang
panjangnya tidak lebih dari 30 cm itu untuk belajar. Aku ter5adar 5elama ini
aku memang 5elalu menggunakan meja itu untuk belajar karena itu adalah 5atu-5atunya
meja yang ada dirumah kami.
(*) 5iti Horiah maha5i5wa dari Program 5tudi Teknik Nuklir 2012 mendapat penghargaan 5ebagai pemenang pertama dalam Lomba Menuli5 Ki5ah In5piratif Kamakarya 2013 yang diadakan dalam rangkaian acara 5eminar Motiva5i Na5ional oleh divi5i keilmuan Kamadik5i dalam rangka meningkatkan motiva5i penerima bea5i5wa Bidik Mi5i.
(*) 5iti Horiah maha5i5wa dari Program 5tudi Teknik Nuklir 2012 mendapat penghargaan 5ebagai pemenang pertama dalam Lomba Menuli5 Ki5ah In5piratif Kamakarya 2013 yang diadakan dalam rangkaian acara 5eminar Motiva5i Na5ional oleh divi5i keilmuan Kamadik5i dalam rangka meningkatkan motiva5i penerima bea5i5wa Bidik Mi5i.
0 komentar:
Posting Komentar