Kamis, Desember 19, 2013

Hukum Mengucapkan Selamat Natal




Assalamualaikum. Wr. Wb.
Pak ustadz saya mau tanya, saya pernah membaca sebuah artikel tentang haramnya hukum mengatakan "Selamat Natal" kepada umat kristiani. Karena dijelaskan di situ bahwa kalau kita mengucapkan itu kita mengakui akan adanya trinitas dan sebagainya,
Bagaimana menurut pandangan pak Ustadz
Terima kasih

Jawaban :

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ucapan selamat natal oleh banyak kalangan memang diharamkan, bahkan sampai ada yang mengirim SMS kepada kami dengan kalimat pembuka: INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAJIUN: saya denger dari Elshintasi fulantelah mengucapkan ucapan selamat natal...
Menurut pengirim SMS itu, ucapan selamat natal itu kontra produktif dengan fatwa MUI tahun 1984.
Sikap kami sendiri tentu juga tidak mengucapkan selamat natal kepada para pemeluk agama kristiani. Selain ada fatwa yang mengharamkannya, juga mengucapkannya saat ini jadi akan salah waktu. Sebab Nabi Isa 'alaihissalam tidak lahir pada tanggal 25 Desember, beliau lahir di musim panas saat kurma berbuah, sebagaimana isyarat di dalam ayat Al-Quran saat Ibunda Maryam melahirkannya di bawah pohon kurma. Saat itu Allah SWT berfirma kepadanya:
Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu (QS. Maryam: 25)
Jelas sekali Nabi Isa lahir di saat buah kurma masak, dan itu tidak terjadi di musim salju. Kecuali kalau mau dipaksakan sebuah kebohongan baru lagi. Misalnya dikatakan bahwa Nabi Isa 'alaihissalam merupakan penduduk Australia yang berada di Selatan Katulistiwa, di mana tanggal 25 Desember seperti sekarang ini di sana justru sedang musim panas. Tapi itupun salah, sebab di Australia tidak ada pohon kurma, yang ada mungkin pohon kaktus.
Atau bisa saja lahirnya nabi Isa tetap pada tanggal 25 Desember, tetapi syaratnya kejadiannya harus di Indonesia, karena pada tanggal seperti itu di Indonesia tidak ada musim panas atau musim dingin. Di Indonesia ada musim duren. Tapi yang disebutkan di dalam Al-Quran adalah buah kurma, bukan buah duren. Lagian, masak Maryam sehabis melahirkan malah makan duren? Aya aya wae.
Perbedaan Pendapat Ucapan Selamat Natal
Tentang hukum ucapan selamat natal itu, memang kalau kita mau telusuri lebih jauh, kita akan bertemu dengan beragam pendapat. Ada ulama yang mengharamkannya secara mutlak. Tapi ada juga yang membolehkannya dengan beberapa hujjah. Dan juga ada pendapat yang agak di pertengahan serta memilah masalah secara rinci.
Tentu bukan berniat untuk memperkeruh keadaan kalau kami sampaikan apa yang beredar di tengah umat tentang hal ini. Sebaliknya, kajian ini justru untuk memperluas wawasan kita dalam menuntut ilmu, wabil khusus tentang urusan yang agak khusus ini.
1. Pendapat Haramnya Ucapan Selamat Natal Bagi Muslim
Haramnya umat Islam mengucapkan Selamat Natal itu terutama dimotori oleh fatwa para ulama di Saudi Arabia, yaitu fatwa Al-'Allamah Syeikh Al-Utsaimin. Beliau dalam fatwanya menukil pendapat Imam Ibnul Qayyim
1. 1. Fatwa Syeikh Al-'Utsaimin
Sebagaimana terdapat dalam kitab Majma’ Fatawa Fadlilah Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, (Jilid.III, h.44-46, No.403), disebutkan bahwa:
Memberi selamat kepada merekahukumnya haram, sama saja apakah terhadap mereka (orang-orang kafir) yang terlibat bisnis dengan seseorang (muslim) atau tidak. Jadi jika mereka memberi selamat kepada kita dengan ucapan selamat hari raya mereka, kita dilarang menjawabnya, karena itu bukan hari raya kita, dan hari raya mereka tidaklah diridhai Allah.
Hal itu merupakan salah satu yang diada-adakan (bid’ah) di dalam agama mereka, atau hal itu ada syari’atnya tapi telah dihapuskan oleh agama Islam yang Nabi Muhammad SAW telah diutus dengannya untuk semua makhluk.
1. 2. Fatwa Ibnul Qayyim
Dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah beliau berkata, “Adapun mengucapkan selamat berkenaan dengan syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi mereka adalah haram menurut kesepakatan para ulama. Alasannya karena hal itu mengandung persetujuan terhadap syi’ar-syi’ar kekufuran yang mereka lakukan.
1. 3. Fatwa MUI?
Sedangkan terkait dengan fatwa MUI tentang haramnya mengucapkan selamat natal, ketika mencari dokumennya ternyata kami kesulitan mendapatkannya. Konon kabarnya fatwa itu dikeluarkan pada tahun 1984, seperti yang ada dalam SMS yang kami terima.
Tetapi setelah dibrowse di situs MUI (www.mui.or.id) maupun di buku Kumpulan Fatwa MUI yang kami miliki, fatwa haram itu tidak kami temukan. Yang kami temukan hanyalah fatwa tentang haramnya melakukan natal bersama.
Sebaliknya, kami malah mendapatkanberita yang agak kontradiktif dengan apa yang dianggap sebagaisikap MuI selama ini. Sekretaris Jenderal MUI, Dr. Dien Syamsudin MA, yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu memang pernah menyatakan bahwa MUI tidak melarang ucapan selamat Natal, tapi melarang orang Islam ikut sakramen (ritual) Natal.
"Kalau hanya memberi ucapan selamat tidak dilarang, tapi kalau ikut dalam ibadah memang dilarang, baik orang Islam ikut dalam ritual Natal atau orang Kristen ikut dalam ibadah orang Islam, " katanya.
Bahkan pernah di hadapan ratusan umat Kristiani dalam seminar Wawasan Kebangsaan X BAMAG Jatim di Surabaya, beliau menyampaikan, "Saya tiap tahun memberi ucapan selamat Natal kepada teman-teman Kristiani."
Jadi mohon kepada MUI atau barangkali ada pembaca Eramuslim yang punya salinan fatwa tersebut, tentu kami akan sangat berterima kasih bila berkenan mengirimkannya kepada kami.
2. Pendapat Yang Tidak Mengharamkan
Selain pendapat yang tegas mengharamkan di atas, kita juga menemukan fatwa sebagian dari ulama yang cenderung tidak mengharamkan ucapan tahni'ah kepada umat nasrani.
Yang menarik, ternyata yang bersikap seperti ini bukan hanya dari kalangan liberalis atau sekuleris, melainkan dari tokoh sekaliber Dr. Yusuf Al-Qaradawi. Tentunya sikap beliau itu bukan berarti harus selalu kita ikuti.
2. 1. Fatwa Dr. Yusuf Al-Qaradawi
Syeikh Dr. Yusuf Al-Qaradawi mengatakan bahwa merayakan hari raya agama adalah hak masing-masing agama. Selama tidak merugikan agama lain. Dan termasuk hak tiap agama untuk memberikan tahni'ah saat perayaan agama lainnya.
Maka kami sebagai pemeluk Islam, agama kami tidak melarang kami untuk untuk memberikan tahni'ah kepada non muslim warga negara kami atau tetangga kami dalam hari besar agama mereka. Bahkan perbuatan ini termasuk ke dalam kategori al-birr (perbuatan yang baik). Sebagaimana firman Allah SWT:
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS. Al-Mumtahanah: 8)
Kebolehan memberikan tahni'ah ini terutama bila pemeluk agama lain itu juga telah memberikan tahni'ah kepada kami dalam perayaan hari raya kami.
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.(QS. An-Nisa': 86)
Namun Syeikh Yusuf Al-Qaradawi secara tegas mengatakan bahwa tidak halal bagi seorang muslim untuk ikut dalam ritual dan perayaan agama yang khusus milik agama lain.
2.2. Fatwa Dr. Mustafa Ahmad Zarqa'

Di dalam bank fatwa situs www.Islamonline.net Dr. Mustafa Ahmad Zarqa', menyatakan bahwa tidak ada dalil yang secara tegas melarang seorang muslim mengucapkan tahniah kepada orang kafir.
Beliau mengutip hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah berdiri menghormati jenazah Yahudi. Penghormatan dengan berdiri ini tidak ada kaitannya dengan pengakuan atas kebenaran agama yang diajut jenazah tersebut.
Sehingga menurut beliau, ucapan tahni'ah kepada saudara-saudara pemeluk kristiani yang sedang merayakan hari besar mereka, tidak terkait dengan pengakuan atas kebenaran keyakinan mereka, melainkan hanya bagian dari mujamalah (basa-basi) dan muhasanah seorang muslim kepada teman dan koleganya yang kebetulan berbeda agama.
Dan beliau juga memfatwakan bahwa karena ucapan tahni'ah ini dibolehkan, maka pekerjaan yang terkait dengan hal itu seperti membuat kartu ucapan selamat natal pun hukumnya ikut dengan hukum ucapan natalnya.
Namun beliau menyatakan bahwa ucapan tahni'ah ini harus dibedakan dengan ikut merayakan hari besar secara langsung, seperti dengan menghadiri perayaan-perayaan natal yang digelar di berbagai tempat. Menghadiri perayatan natal dan upacara agama lain hukumnya haram dan termasuk perbuatan mungkar.
2.3 Majelis Fatwa dan Riset Eropa
Majelis Fatwa dan Riset Eropajuga berpendapat yang sama dengan fatwa Dr. Ahmad Zarqa' dalam hal kebolehan mengucapkan tahni'ah, karena tidak adanya dalil langsung yang mengharamkannya.
3. Pendapat Pertengahan
Di luar dari perbedaan pendapat dari dua 'kubu' di atas, kita juga menemukan fatwa yang agak dipertengahan, tidak mengharamkan secara mutlak tapi juga tidak membolehkan secara mutlak juga. Sehingga yang dilakukan adalah memilah-milah antara ucapa yang benar-benar haram dan ucapan yang masih bisa ditolelir.
Salah satunya adalah fatwa Dr. Abdussattar Fathullah Said, beliau adalah profesor di bidang Ilmu Tafsir dan Ulumul-Quran di Universitas Al-Azhar Mesir. Dalam masalah tahni'ah ini beliau agak berhati-hati dan memilahnya menjadi dua. Ada tahni'ah yang halal dan ada yang haram.
3.1. Tahni'ah yang halal adalah tahni'ah kepada orang kafir tanpa kandungan hal-hal yang bertentangan dengan syariah. Hukumnya halal menurut beliau. Bahkan termasuk ke dalam bab husnul akhlaq yang diperintahkan kepada umat Islam.
Contohnya ucapan, "Semoga tuhan memberi petunjuk dan hidayah-Nya kepada Anda di hari ini." Beliau cenderung membolehkan ucapan seperti ini.
3.2. Tahni'ah yang haram adalah tahni'ah kepada orang kafir yang mengandung unsur bertentangan dengan masalah diniyah, hukumnya haram. Misalnya ucapan tahniah itu berbunyi, "Semoga Tuhan memberkati diri anda sekeluarga."
Beliau membolehkan memberi hadiah kepada non muslim, asalkan hadiah yang halal, bukan khamar, gambar maksiat atau apapun yang diharamkan Allah.
Kesimpulan:
Sebagai awam, ketika melihat para ulama berbeda pandangan, tentu kita harus arif dan bijaksana. Kita tetap wajib menghormati perbedaan pendapat itu, baik kepada pihak yang fatwanya sesuai dengan pendapat kita, atau pun kepada yang berbeda dengan selera kita.
Karena para ulama tidak berbeda pendapat kecuali karena memang tidak didapat dalil yang bersifat sharih dan qath'i. Seandainya ada ayat atau hadits shahih yang secara tegas menyebutkan: 'Alaikum bi tahni'atinnashara wal kuffar', tentu semua ulama akan sepakat.
Namun selama semua itu merupakan ijtihad dan penafsiran dari nash yang bersifat mujmal, maka seandainya benar ijtihad itu, mujtahidnya akan mendapat 2 pahala. Dan seandainya salah, maka hanya dapat 1 pahala.
Semoga kita tidak terjebak dengan suasana su'udzdzhan, semangat saling menyalahkan dengan sesama umat Islam dan membuat kemesraan yang sudah terbentuk menjadi sirna. Amin ya rabbal 'alamin
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ahmad Sarwat, Lc
Rumah
Fiqih
Indonesia

Read more »

JUAL BUKU Catatan Inspirasi dari Jepang (Kiat Sukses Kuliah di Jepang)



Harga Asli : Rp 40.000,-
Diskon 25% : Rp 30.000,- (SERASA BELI DIPUSATNYA)
COMEN ATAU BISA HUBUNGI:
HP : 085 721 951 820
WhatsApp : 08993112320
Fb : Nurokhman
Twitter : @5Nurokhman
YM : sai_tgl3
email : sai_tgl3@yahoo.co.id


























Penulis : Abdi Pratama
Halaman : 276
Dimensi : 14x20 cm
Berat : 250 gram

Sinopsis
Buku ini ditulis dengan renyah dan runtut, memaparkan dengan jelas tentang alif sampai ya`-nya belajar di Jepang. Pengalaman penulis—juga seorang aktivis—yang kaya hikmah, membuat buku ini mudah dipahami oleh para pembaca yang ingin mengakrabi negeri para samurai ini. Penting bagi yang ingin ke sana; menarik bagi yang sedang berada di sana; dan menginspirasi yang sudah pernah di sana!
(Doktor muda alumnus Ritsumeikan University dan Peraih St. Gallen Wings of Excellence Award 2009)

Dengan bahasa ringan dan sederhana, penulis memaparkan berbagai hal berkaitan dengan cara hidup orang Jepang, kehidupan sosialnya, kebiasaan baik dan sikap jujur mereka. Buku ini juga membantu para WNI beradaptasi terhadap lingkungan dan kebiasaan yang berlaku di Jepang.
(Ibnu Hadi, Konsul Jenderal RI Osaka)

Buku ini mendeskripsikan suasana kehidupan mahasiswa Indonesia di Jepang dengan baik sehingga sangat cocok dijadikan referensi bagi mereka yang berminat sekolah di luar negeri.
(Dony Dahana Wirawan, Associate Professor of Graduate School
of Economics, Osaka University, Japan)


Gaya bahasanya ringan dan populer, informasinya pun cukup lengkap dan akan sangat berguna bagi yang berminat untuk mengetahui lebih jauh tentang negeri Jepang.
(Asa Perkasa, Kepala Cabang Garuda Indonesia Osaka-Nagoya)

Buku ini bercerita tentang kisah-kisah nyata yang dialami penulis selama hidup di Jepang. Bagi mereka yang ingin tinggal di Jepang atau baru memulai kehidupan di Jepang, buku ini sangat cocok untuk dibaca karena banyak memberikan informasi dan saran-saran agar kehidupan di negeri Sakura menjadi lebih mudah dan menyenangkan.
(Farid Triawan, Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang 2009-2010)



Read more »

Jual Buku Saat Berharga Untuk Anak Kita

Penulis : Faudhil Azim
Sungguh, waktu kita sangat pendek. Anak-anak akan segera tumbuh menjadi kanak-kanak, remaja dan kemudian dewasa. Hari ini mereka memerlukan kita. Hari ini mereka amat besar kerinduannya kepada kita. Di antara mereka mungkin ada yang belum kering airmatanya karena berharap bisa bercanda, tetapi bapaknya sudah bergegas pergi untuk merebut sebuah kata yang bernama sukses. Mereka berlelah-lelah atas nama anaknya, padahal anaknya sedang kelelahan karena menunggu kesempatan untuk bermain bersama bapaknya. Mereka ingin berbincang dan bercanda, meski hanya sebentar. Dua menit saja….
Ya… ya… ya…, selagi mereka belum dewasa, belum pula menginjak usia remaja, inilah saat berharga untuk anak kita. Inilah saatnya kita meluangkan waktu kita untuk menyapa mereka, sebentar saja… Inilah saatnya bagi kita untuk mengisi ruang jiwa anak-anak kita.
Melalui contoh-contoh mudah dan praktis yang ada pada buku ini, Anda akan dipandu bagaimana mengantarkan anak-anak Anda menjadi generasi yang kuat jiwanya, besar semangatnya, kokoh imannya dan tak putus-putus doanya untuk kita.

Harga Asli : Rp 42.000,-
Diskon 25% : Rp 31.500,- (SERASA BELI DIPUSATNYA)

COMEN ATAU BISA HUBUNGI:

HP : 085 721 951 820
WhatsApp : 08993112320
Fb : Nurokhman
Twitter : @5Nurokhman
YM : sai_tgl3
email : sai_tgl3@yahoo.co.id


























Read more »

JUAL ONLINE BUKU 100% SUKSES UNAS

BUKU INI PAS BUAT KAMU YANG MAU UN BAIK SD,SMP ATAU SMA/SEDERAJAT. SANGAT PAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHADAPI UN. SEGERA BELI

HARGA ASLI  : 24.000,00
DISKON : 25%  DARI HARGA ASLI (SERASA BELI DIPUSATNYA)
HARGA BELUM ONGKOS KIRIM

COMEN DISINI ATAU BISA HUB.
WHATSAPP : 08993112320
BB                 : 30E6C4A3
FB                 : Nurokhman
Twitter           : @5Nurokhman

Read more »

Rabu, Desember 04, 2013

Cara Melakukan Shalat di Pesawat Terbang

  Thu, 28 Nov 2013 16:04 - 5253 | shalat  

Assalamualaiakum wr.wb

Langsung saja pak ustadz, bagaimana cara kita shalat di dalam pesawat terbang?

Sebab apa yang diajarkan kepada saya dan saya lakukan selama ini cuma disuruh shalat sambil mengangguk-anggukan kepala saja sambil komat-kamit. Sama sekali saya tidak berdiri, tidak rukun, tidak sujud, bahkan anehnya tidak berwudhu' juga.

Apakah shalat seperti itu sah hukumnya? Apakah karena alasan darurat, semua itu sah kita lakukan dan diterima Allah SWT?

Mohon penjelasan yang lebih lengkap dari ustadz. Syukran

Wassalamualaiakum wr.wb


Jawaban :

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Memang umumnya yang diajarkan orang begitu, shalat di atas kendaraan cuma dengan duduk di kursi, ruku dan sujud cuma dengan menganggukkan kepala, bahkan tanpa wudhu atau menghadap kiblat.
Saya sendiri tidak tahu siapa yang pertama kali mengajarkan cara shalat seperti itu. Kalau pendapat ulama, ulama yang mana? Kalau ada petunjuknya di dalam kitab, kitab fiqih yang mana? Jangan-jangan kita cuma taqlid kepada petunjuk yang tidak jelas asal-usulnya, tetapi terlanjur dianggap 'agama' oleh orang awam.
Kalau pun mengutip ayat, cuma ayat tentang darurat atau Allah menginginkan yang mudah bagimu dan tidak menginginkan yang susah. Jadi kalau kita anggap susah, berarti Allah tidak ingin. Cuma begitu saja logikanya, jelas sangat tidak logis dan main-main terhadap agama.
Kalau kita merujuk kepada ilmu fiqih yang sesungguhnya serta mengikuti para ulama fiqih empat mazhab, rata-rata mereka membedakan antara ketentuan shalat fardhu dengan shalat sunnah. Shalat fardhu itu punya rukun yang tidak boleh ditinggalkan, seperti berdiri, ruku', sujud, yang semua harus dilakukan dengan sempurna.
Sedangkan shalat sunnah, boleh tanpa berdiri, meski pun bukan karena sakit. Rukuk dan sujudnya boleh cuma membungkukkan badan saja. Bahkan seandainya tidak menghadap kiblat pun tidak mengapa.

Shalat fardhu juga disyaratkan bagi pelakunya untuk sejak awal menghadap kiblat tepat ke arah ka'bah. Selain itu juga sebelum shalat disyaratkan untuk berwudhu, bagi yang berhadats.

Maka memang agak sulit untuk bisa mengerjakan shalat fardhu di atas pesawat terbang. Bagaimana cara berdirinya, bagaimana cara ruku'nya dan bagaimana pula cara sujudnya? Dan bagaimana menghadap kiblatnya serta bagaimana wudhu'nya?

Maka apabila semua itu sulit dilakukan, sebaiknya kita tidak melakukan shalat fardhu di atas pesawat. Tetapi siasati saja waktunya sebisa mungkin. Kalau masih bisa disiasati dengan menjamak shalat di bandara, tentu lebih utama. Dan kita bisa menjamak shalat Dzhuhur dengan Ashar atau Maghrib dengan Isya dilakukan pada satu waktu.

Pada penerbangan dalam negeri yang durasinya cuma dua tiga jam, umumnya tidak terlalu perlu untuk shalat fardhu di atas pesawat. Hal itu karena umumnya shalat masih bisa diantisipasi dengan menjamaknya di darat.

Bahkan saya pernah naik pesawat dari Jakarta ke Jeddah tanpa shalat di pesawat. Hal itu karena shalat Dzhuhur dan Ashar masih bisa dikerjakan ketika mendarat di Jeddah. Terbang dari Jakarta jam 10-an pagi dan mendarat di Jeddah jam 5 sore waktu setempat. Masih bisa menjama' shalat Dhuhur dengan Ashar di bandara Jeddah.

Saya juga pernah terbang dari Tokyo ke Denpasar Bali tanpa harus shalat di pesawat. Sebab ketika mendarat, masih belum Maghrib, sehingga bisa shalat Dzhuhur dan Ashar jamak ta'khir.

Shalat Di Pesawat : Durasi Yang Lama dan Melewati Waktu Shalat Shubuh

Yang jadi masalah adalah shalat di pesawat berdurasi terbang yang lama, hingga melewati beberapa waktu shalat sekaligus. Dan nyaris tidak bisa disiasati dengan menjamak taqdim atau ta'khir.
Atau kita terbang malam dengan pesawat, yang mana mendaratnya pagi hari selewat waktu shubuh. Shalat shubuh jelas tidak bisa dijamak. Dan juga haram ditinggalkan dengan sengaja dengan niat qadha' selagi masih memungkinkan shalat dengan benar.
Misalnya ketika saya terbang dari Jakarta ke Tokyo, terbangnya malam hari dan mendarat jam delapan pagi waktu Tokyo. Jelas sekali saya harus melewati waktu shubuh saat berada di ketinggian beberapa ribu kaki di atas permukaan laut. Maka dalam keadaan itu, mau tidak mau saya harus shalat di atas pesawat.
Tempat Shalat Dalam Pesawat
Masalah yang paling mendasar untuk shalat fardhu di dalam pesawat adalah masalah tempat yang bisa untuk shalat dengan berdiri, ruku dan sujud. Di dalam pesawat terbang komersial, memang nyaris tidak pernah kita temukan mushalla atau tempat shalat secara khusus.
Tetapi shalat tidak harus dilakukan di mushalla atau tempat khusus. Shalat boleh dilakukan dimana saja, asalkan kita bisa melakukan gerakan shalat dengan sempurna. Maksudnya asal kita bisa berdiri, rukuk, sujud dan sebagainya.
Dan sebenarnya, asalkan tidak sok gengsi atau sok jaim, pastinya selalu ada tempat yang agak luas untuk kita bisa melakukan shalat dengan sempurna dilengkapi ruku' dan sujud.
Dimanakah tempatnya?
Tempat itu tidak lain ruang kosong pada bagian pintu masuk atau keluar. Tempat itu tidak pernah diisi dengan kursi, karena merupakan jalan para penumpang masuk atau keluar ketika pesawat berada di darat.
Pada saat pesawat sedang terbang di angkasa, tentunya tempat itu tidak berfungsi sebagai jalan keluar masuk. Di tempat itulah kita bisa melakukan shalat dengan sempurna.
Kenapa bukan di jok pesawat saja, bukankah selama ini yang diajarkan adalah shalat sambil duduk di kursi?
Jawabnya, selagi masih memungkinkan untuk berdiri, ruku' dan sujud yang benar, belum ada kebolehan shalat macam orang sakit, yang cuma mengangguk-angguk saja. Dan kenyataannya, di pesawat itu ada banyak tempat untuk melakukan shalat sambil berdiri, rukuk dan sujud.
Kalau masih ngotot mau shalat sambil duduk di kursi, sebenarnya cuma karena tidak pernah diajarkan caranya, atau mungkin memang karena malas, atau kurang tahu syarat dan rukun shalat, atau karena memang tidak mau berkorban susah sedikit. Maunya yang gampang-gampang saja, sehingga melakukan shalat 'jadi-jadian' seenaknya.
Dan keseringan cuma semata-mata karena rasa sungkan yang sama sekali tidak jelas dasarnya. Aneh bin ajaib, ada orang tidak mau melaksanakan rukun-rukun shalat yang menjadi penentu sah atau tidak sahnya shalat, cuma dengan alasan sederhana : sungkan!!.
Jadi kalau mau shalat yang benar, sah, dan diterima Allah dengan memenuhi syarat dan rukunnya, jangan shalat di kursi. Kursi itu hanya untuk orang sakit yang memang total tidak bisa berdiri, rukuk dan sujud.

klik pada gambar untuk memutar video shalat di pesawat
Bukankah Nabi SAW Pernah Shalat di Punggung Unta?
Benar sekali, beliau diriwayatkan pernah shalat di atas punuk unta, tanpa berdiri, rukuk dan sujud. Haditsnya pun shahih.
Tetapi kalau kita agak teliti, ternyata haditsnya menyebutkan bahwa shalat itu hanya shalat sunnah. Sedangkan untuk shalat fardhu, beliau SAW turun dari untanya.
Untuk apa turun dari unta?
Biar beliau SAW bisa berdiri dengan sempurna, dan rukuk, sujud dengan benar. Serta agar bisa menghadap kiblat dengan benar juga.  Dan keterangan itu terdapat dalam shahih Bukhari dan Shahih Muslim.
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى الرَّاحِلَةِ يُسَبِّحُ يُومِئُ بِرَأْسِهِ قِبَلَ أَيِّ وَجْهٍ تَوَجَّهَ وَلَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ ذَلِكَ فِي الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ
Aku melihat Rasulullah SAW di atas hewan tunggangannya melakukan shalat sunnah dengan memberi isyarat dengan kepala beliau kearah mana saja hewan tunggangannya menghadap. Rasulullah SAW tidak pernah melakukan seperti ini untuk shalat wajib”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
عَنْ جَابِرٍ كَانَ رَسُول اللَّهِ يُصَلِّي عَلَى رَاحِلَتِهِ حَيْثُ تَوَجَّهَتْ فَإِذَا أَرَادَ الْفَرِيضَةَ نَزَل فَاسْتَقْبَل الْقِبْلَةَ
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW shalat di atas kendaraannya, menghadap kemana pun kendaraannya itu menghadap. Namun bila shalat yang fardhu, beliau turun dan shalat menghadap kiblat. (HR. Bukhari)

Maka tidak sah hukumnya shalat fardhu di atas kendaraan, kecuali bila bisa melakukan posisi berdiri, rukuk, sujud dengan sempurna.
Ketika Ja'far bin Abi Thalib memimpin rombongan yang hijrah ke Habasyah, Rasulullah SAW mewanti-wanti untuk tetap mengerjakan shalat di atas kapal laut dengan berdiri dan seterusnya.
أَنَّ النَّبِيَّ لَمَّا بَعَثَ جَعْفَرَ بْنَ أَبِي طَالِبٍ ض إِلَى الْحَبَشَةِ أَمَرَهُ أَنْ يُصَلِّيَ فِي السَّفِينَةِ قَائِمًا إِلاَّ أَنْ يَخَافَ الْغَرَقَ
Bahwa Nabi SAW ketika mengutus Ja'far bin Abi Thalib radhiyallahuanhu ke Habasyah, memerintahkan untuk shalat di atas kapal laut dengan berdiri, kecuali bila takut tenggelam. (HR. Al-Haitsami dan Al-Bazzar)
Bagaimana dengan arah kiblat? Mudah saja. Di zaman maju sekarang ini, nyaris semua pesawat terbang dilengkapi dengan Global Positioning System (GPS). Di beberapa pesawat berbadan lebar, biasanya dipasang layar besar LCD di tengah kabin, dan salah satunya menampilkan posisi pesawat di atas peta dunia.
Bahkan beberapa maskapai penerbangan yang baik menyediakan layar LCD di kursi masing-masing dan salah satu fungsinya bisa sebagai GPS.

Asalkan kita tidak terlalu awam dengan peta dunia, maka dengan mudah kita bisa menentukan mana arah kiblat kalau diukur dari posisi pesawat. Maka ke arah sanalah kita menghadapkan badan saat berdiri melaksanakan shalat.
Bagaimana dengan Waktu Shalat?
Waktu shalat di atas pesawat international memang agak rancu. Mengingat kita tidak tahu di atas kota apa kita saat ini sedang terbang. Bahkan mungkin malah bukan di atas kota, tetapi di atas laut, hutan, pegunungan, padang pasir dan sejenisnya, dimana memang tidak pernah dibuatkan jadwal waktu shalatnya.
Jadi kalau pun kita tahu kita berada di atas titik koordinat tertentu, masih ada masalah besar yaitu tidak ada jadwal shalat untuk titik koordinat tersebut.
Maka yang jadi pertanyaan, kapan kita mulai shalat?
Jawabannya sebenarnya sederhana. Di atas pesawat yang terbang tinggi di langit itu kita justru dengan mudah bisa mengenali waktu shalat dengan sederhana.
Untuk shalat Dzhuhur dan Ashar yang memang boleh dijama' itu, kita bisa melihat ke luar jendela. Selama matahari sudah lewat dari atas kepala kita dan belum tenggelam di ufuk barat, kita masih bisa menjama' kedua shalat itu. Untuk yakinnya, mari kita jama' ta'khir saja.
Kenapa?
Karena jama' ta'khir itu kita lakukan di waktu Ashar dan waktu Ashar bisa kita kenali dengan melihat ke luar jendela pesawat. Selama matahari sudah condong ke arah Barat namun belum tenggelam, maka itulah waktu Ashar.
Untuk shalat Maghrib dan Isya, agar kita tidak terlalu ragu, sebaiknya kita shalat jama' ta'khir di waktu isya. Jadi setelah kita menyaksikan matahari betul-betul tenggelam di ufuk barat, kita tunggu kira-kira 1-2 jam. Saat itu kita amat yakin bahwa waktu Isya sudah masuk. Maka kita shalat Maghrib dan Isya' dengan dijama' di waktu Isya'.
Bagaimana dengan shalat shubuh?
Shalat shubuh itu waktunya sejak terbit fajar hingga matahari terbit. Dan kalau kita berada di angkasa, mudah sekali mengenalinya.
Cukup kita menengok keluar jendela, ketika gelap malam mulai hilang dan langit menunjukkan tanda-tanda terang namun matahari belum terbit, maka itulah waktu shubuh. Shalatlah shubuh pada waktu itu dan jangan sampai terlanjur matahari menampakkan diri.
Jadi di atas pesawat yang terbang di angkasa, kita dengan mudah bisa menetapkan waktu shalat, bahkan tanpa harus melihat jam atau bertanya kepada awak pesawat.
Bagaimana Wudhu'nya?
Ini pertanyaan klasik tapi penting. Beberapa orang pernah berfatwa bahwa di dalam pesawat sebaiknya tidak usah wudhu' dan sebagai gantinya cukup bertayammum. Fatwa ini kelihatan bagus tetapi justru bermasalah besar. Mengapa?
Ada dua masalah besar ketika orang mau tayammum di atas pesawat.
Pertama, di dalam Al-Quran Al-Kariem Allah SWT menegaskan bahwa tayammum itu hanya boleh dikerjakan bila seseorang tidak menemukan air.
وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا
Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik, sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun. (QS. An-Nisa' : 43)
Padahal di atas pesawat itu air berlimpah, baik untuk minum, juga untuk cuci muka bahkan untuk istinja'. Maka kebolehan tayammum menjadi gugur dengan sendiri dengan masih adanya air di atas pesawat.
Kedua, di dalam Al-Quran Al-Kariem Allah SWT juga menegtaskan bahwa bertayammum hanya dibolehkan menggunakan tanah yang bersih. Masalah besarnya justru di atas pesawat itu malah tidak ada tanah. Jadi kalau mau bertayammum di atas pesawat, mau tidak mau para penumpang harus membawa bungkusan berisi tanah untuk dipakai tayammum.
Kalau semua penumpang membuka bungkusan berisi tanah di atas pesawat, lalu salah satunya ada yang bersin, maka buyarlah tanah itu. Yang lain akan tersenggol dan tanahnya tumpah. Dan akhirnya pesawat itu penuh dengan tanah.
Bukankah tayammum bisa dengan menggunakan permukaan kursi?
Inilah masalahnya, perintah bertayammum di dalam Al-Quran itu adalah menggunakan tanah. Bunyi ayatnya fatayammamu sha'idan tayyiba, dan bukan fatayammamu kursiyyan thayyiba.
Sebab kursi di dalam pesawat udara itu jelas bukan tanah. Segala debu dan kotoran tentunya sudah dibersihkan dengan vacum cleaner. Sehingga kursi itu menjadi steril dari debu yang kelihatan. Kalau kursi pesawat international berdebu, pastilah para penumpang langsung bersih-bersin dan terkena radang saluran pernafasan (ISPA).
Kalau pun kita masih ngotot mengatakan bahwa di kursi pesawat itu pasti masih tersisa debu, tentunya ada debu-debu ukuran mikroskopis, yang hanya bisa dilihat kalau kita mengintip lewat mikroskop. Tetapi perlu diingat bahwa debu atau molekul ukuran mikrospokis ini sesungguhnya bukan hanya ada di kursi, tetapi di udara yang kita hirup sekalipun juga ada.
Kalau debu ukuran mikroskopis itu bisa digunakan untuk bertayammum, maka seharusnya kita bisa bertayammum cukup dengan menggeleng-gelengkan kepala dan menggerak-gerakkan tangan saja, toh di udara sekitar wajah dan tangan kita ada banyak debu mikroskopis.
Majelis Bahtsul Masail Nahdhatul Ulama secara tegas menetapkan bahwa bertayammum menggunakan kursi pesawat terbang itu hukumnya tidak sah, karena tidak memenuhi ketentuan tayammum.


Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc., MA
Rumah
Fiqih
Indonesia

Read more »

Selasa, Desember 03, 2013

Outbond Pelajar Purbalingga Paling Seru dan Besar Coming Soon!


Purbalingga, Acara begini jarang lho ada di Purbalingga. Ketika saya tau ada acara begini dalam benak saya sangat ingin ikut untuk menambah pengalaman yang menarik dan meluasakan pertemanan. Apa sich isi acaranya, setau saya acara Iqra Club Pbg memang bagus2 ini salah satunya. Teman-teman akan mendapatkan pelajaran berharga terkait motivasi belajar (pas ni yang mau UN atau Ujian Semester), team building dan tentu kejadian-kejadian lucu yang menarik. Kegiatan ini khusus anak-anak SMA/K dan yang sederajat se-Purblingga. Jangan lewatkan Isi liburan teman-teman dengan hal yang bermanfaat, Insya jadi Pelajar yang gaul deh. Semangat!!!!!
Read more »

Seri-3 Keberanian, Mencari Pahlawan Indonesia (Oleh Anis Matta)

                                   3
                          Keberanian

Saudara yang paling dekat dari naluri kepahlawanan
adalah keberanian. Pahlawan sejati selalu merupakan
seorang pemberani sejati. Tidak akan pernah
seseorang disebut pahlawan, jika ia tidak pernah
membuktikan keberaniannya. Pekerjaan-pekerjaan besar
atau tantangan-tantangan besar dalam sejarah selalu
membutuhkan kadar keberanian yang sama besamya
dengan pekerjaan dan tantangan itu. Sebab, pekerjaan
dan tantangan besar itu selalu menyimpan risiko. Dan,
tak ada keberanian tanpa risiko.
Naluri kepahlawan adalah akar dari pohon kepahlawanan.
Akan tetapi, keberanian adalah batang yang
menegakkannya. Keberanian adalah kekuatan yang
tersimpan dalam kehendak jiwa, yang mendorong seseorang
untuk maju menunaikan tugas, baik tindakan
maupun perkataan, demi kebenaran dan kebaikan, atau
untuk mencegah suatu keburukan dan dengan menyadari
sepenuhnya semua kemungkinan risiko yang
akan diterimanya.
Cobalah perhatikan ayat-ayat jihad dalam Al-Qur'an.
Perintah ini hanya dapat terlaksana di tangan para
pemberani. Cobalah perhatikan betapa Al-Qur'an memuji
S
ketegaran dalam perang, dan sebaliknya membenci para
pengecut dan orang-orang yang takut pada risiko
kematian. Apakah yang dapat kita pahami dari hadits
riwayat Muslim ini, "Sesungguhnya pintu-pintu surga itu
berada di bawah naungan pedang?" Adakah makna lain,
selain dari kuatnya keberanian akan mendekatkan kita
ke surga? Maka, dengarlah pesan Abu Bakar kepada
tentara-tentara Islam yang akan berperang, "Carilah
kematian, niscaya kalian akan mendapatkan kehidupan."
Sebagian dari keberanian itu adalah fitrah yang tertanam
dalam diri seseorang. Sehagian yang lain biasanya
diperoleh melalui latihan. Keberanian, baik yang
bersumber dari fitrah maupun melalui latihan, selalu
mendapatkan pijakan yang kokoh pada kekuatan
kebenaran dan kebajikan, keyakinan dan cinta yang kuat
terhadap prinsip dan jalan hidup, kepercayaan pada hari
akhirat, dan kerinduan yang menderu-deru untuk
bertemu Allah. Semua itu adalah mata air yang mengalirkan
keberanian dalam jiwa seorang mukmin. Bahkan,
meskipun kondisi fisiknya tak terlalu mendukungnya,
seperti jenis keberanian Ibnu Mas'ud dan Abu Bakar. Sebaliknya,
ia bisa menjadi lebih berani dengan dukungan
fisik, seperti keberanian Umar, Ali, dan Khalid.
Akan tetapi, Islam hendak memadukan antara keberanian
fitrah dan keberanian iman. Maka, beruntunlah
ajaran-ajarannya menyuruh umatnya melatih anak-anak
untuk berenang, berkuda, dan memanah. Dengarlah
sabda Rasulullah saw, "Ajarilah anakmu berenang sebelum
menulis. Karena ia bisa diganti orang lain jika ia
tak pandai menulis, tapi ia tidak dapat diganti orang lain
jika ia tak mampu berenang."
Dengar lagi sabdanya, "Kekuatan itu pada memanah,
kekuatan itu pada memanah, kekuatan itu pada
memanah." Itu semua sekelompok keterampilan fisik
yang mendukung munculnya keberanian fitrah. Tinggal
lagi keberanian iman. Maka, dengarlah nasehat Umar,
"Ajarkanlah sastra kepada anak-anakmu, karena itu
dapat mengubah anak yang pengecut menjadi pemberani."
Dan kepada orang-orang Romawi yang berlindung di
balik benteng di Kinasrin, Khalid berkata, "Andaikata
kalian bersembunyi di langit, niscaya kuda-kuda kami
akan memanjat langit untuk membunuh kalian. Andaikata
kalian berada di perut bumi, niscaya kami akan
menyelami bumi untuk membunuh kalian." Roh keberanian
itu pun memadai untuk mematikan semangat
perlawanan orang-orang Romawi. Mereka takluk. Mungkinkah
kita mendengar ungkapan itu lagi hari ini?
Read more »

Senin, Desember 02, 2013

Tolak Kampanye Kondom, MUI Protes ke Presiden


JAKARTA -- Penolakan terhadap kebijakan Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi yang mengkampanyekan penggunaan kondom kepada kelompok remaja bergulir semakin deras.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), AmidhanProtes serupa juga disampaikan oleh Ketua MUI, Amidhan. Ia mengatakan, pihak MUI berencana untuk menyampaikan surat protes kepada presiden.

''MUI memang sudah menerima banyak telpon dan SMS dari masyarakat terkait dengan adanya rencana kebijakan membagikan kondom kepada remahja. Untuk itu kami sangat keberatan dan berniat untuk menyampaikan protes kepada presiden,'' katanya.

Dari sisi manfaat, Amidhan mengatakan, kebijakan penggunaan kondom untuk antisipasi penyebaran virus HIV/Aids tidak bisa dijadikan upaya yang dapat diandalkan. Sebagai alat kontrasepsi saja, kata dia, masih belum sepenuhnya berhasil.

''Jadi kalau saya melihat lebih besar mudhorotnya kalau menyarankan generasi remaja untuk menggunakan kondom. Karena hal itu sama juga mendorong mereka untuk nge-seks,'' tandasnya.

Amidhan juga menyampaikan beberapa waktu lalu pihaknya juga sempat melayangkan sikap protes terhadap adanya kebijakan penyelenggara Asian Games untuk membagikan kondom di hotel. Protes itu ternyata mendapat respons sehingga tidak diberlakukan. (ROL)
Read more »

SERI-2 Naluri Kepahlawanan, Mencari Pahlawan Indonesia (Anis Matta)

                2
Naluri Kepahlawanan


Pekerjaan-pekerjaan besar dalam sejarah hanya
dapat diselesaikan oleh mereka yang mempunyai
naluri kepahlawanan. Tantangan-tantangan besar
dalam sejarah hanya dapat dijawab oleh mereka yang
mempunyai naluri kepahlawanan. Itulah sebabnya kita
menyebut para pahlawan itu orang-orang besar.
Itu pula sebabnya mengapa kita dengan sukarela
menyimpan dan memelihara rasa kagum kepada para
pahlawan. Manusia berhutang budi kepada para
pahlawan mereka. Dan kekaguman adalah sebagian dari
cara mereka membalas utang budi.
Mungkin, karena itu pula para pahlawan selalu
muncul di saat-saat yang sulit, atau sengaja dilahirkan di
tengah situasi yang sulit. Mereka datang untuk membawa
beban yang tak dipikul oleh manusia manusia di
zamannya. Mereka bukanlah kiriman gratis dari langit.
Akan tetapi, sejarah kepahlawanan mulai dicatat ketika
naluri kepahlawanan mereka merespon tantangantantangan
kehidupan yang berat. Ada tantangan dan
ada jawaban. Dan hasil dari respon itu adalah lahirnya
pekerjaan-pekerjaan besar.
P
Tantangan adalah stimulan kehidupan yang disediakan
Allah untuk merangsang munculnya naluri kepahlawanan
dalam diri manusia. Orang-orang yang tidak
mempunyai naluri ini akan melihat tantangan sebagai
beban berat, maka mereka menghindarinya dan dengan
sukarela menerima posisi kehidupan yang tidak terhormat.
Namun, orang-orang yang mempunyai naluri
kepahlawanan akan mengatakan tantangan-tantangan
kehidupan itu: Ini untukku. Atau seperti ungkapan
orang-orang shadiq dalam perang Khandaq yang
diceritakan Al-Qur' an,
Dan tatkala orang-orang beriman melihat golongangolongan
yang saling bersekutu itu, (dalam menghadapi
orang-orang beriman), mereka berkata, 'Inilah yang
dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.' Dan
benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu
tidaklah menambah kepada mereka, kecuali iman dan
ketundukkan. (AI-Ahzab: 22)
Naluri kepahlawanan lahir dari rasa kagum yang
dalam kepada kepahlawanan itu sendiri. Hal itu akan
menggoda sang pengagum untuk melihat dirinya
sembari bertanya, Apa engkau dapat melakukan hal
yang sama? Dan jika ia merasa memiliki kesiapankesiapan
dasar, maka ia akan menemukan dorongan
yang kuat untuk mengeksplorasi segenap potensinya
untuk tumbuh dan berkembang. Jadi, naluri kepahlawanan
adalah kekuatan yang mendorong munculnya
potensi-potensi tersembunyi dalam diri seseorang,
kekuatan yang berada di balik pertumbuhan ajaib
kepribadian seseorang.
Dalam serial Jenius-jenius Islam, Abbas Mahmud Al-
Aqqad menemukan kunci kepribadian Abu Bakar As-
Shiddiq dalam kata kekaguman kepada kepahlawanan.
Kunci kepribadian, kata Al-Aqqad, adalah perangkat
lunak yang dapat menyingkap semua tabir kepribadian
seseorang. la berfungsi seperti kunci yang dapat
membuka pintu dan mengantar kita memasuki semua
ruang dalam rumah itu. Dan kita hanya dapat
memahami pekerjaan-pekerjaan besar yang telah diselesaikan
Abu Bakar dalam kunci rahasia ini. Apakah
Anda juga memiliki kunci rahasia itu? Saya tidak tahu.
Read more »

Minggu, Desember 01, 2013

SERI Mencari Pahlawan Indonesia (Anis Matta)

                 1
O, Pahlawan Negeriku

Di masa pembangunan ini", kata Chairil Anwar
mengenang Diponegoro, "Tuan hidup kembali.
Dan bara kagum menjadi api".
Kita selalu berkata jujur kepada nurani kita ketika kita
melewati persimpangan jalan sejarah yang curam. Saat
itu kita merindukan pahlawan. Seperti Chairil Anwar
tahun itu, 1943, yang merindukan Diponegoro. Seperti
juga kita saat ini. Saat ini benar kita merindukan
pahlawan itu. Karena krisis demi krisis telah merobohkan
satu per satu sendi bangunan negeri kita. Negeri ini
hampir seperti kapal pecah yang tak jemu-jemu dihantam
gunungan ombak.
Di tengah badai ini kita merindukan pahlawan itu.
Pahlawan yang, kata Sapardi, "telah berjanji kepada
sejarah untuk pantang menyerah". Pahlawan yang kata
Chairil Anwar, "berselempang semangat yang tak bisa
mati." Pahlawan yang akan membacakan "Pernyataan"
Mansur Samin:
D
Demi amanat dan beban rakyat
Kami nyatakan ke seluruh dunia
Telah bangkit di tanah air
Sebuah aksi perlawanan
Terhadap kepalsuan dan kebohongan
Yang bersarang dalam kekuasaan
Orang-orang pemimpin gadungan
Maka datang jugalah aku ke sana, akhirnya.Untuk kali
pertama. Ke Taman Makam Pahlawan, di Kalibata.
Seperti dulu aku pernah datang ke makam para sahabat
Rasulullah saw di Baqi' dan Uhud, di Madinah. Karena
kerinduan itu. Dan kudengar Chairil Anwar seperti
mewakili mereka:
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan
arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang
berserakan
Tulang-tulang berserakan itu. Apakah makna yang
kita berikan kepada mereka? Ataukah tak lagi ada
wanita di negeri ini yang mampu melahirkan pahlawan?
Seperti wanita-wanita Arab yang tak lagi mampu
melahirkan lelaki seperti Khalid bin Walid? Ataukah tak
lagi ada ibu yang mau, seperti kata Taufiq Ismail di
tahun 1966, "merelakan kalian pergi berdemonstrasi..
karena kalian pergi menyempurnakan..Kemerdekaan
negeri ini."
Tulang belulang berserakan itu. Apakah makna yang
kita berikan kepada mereka? Ataukah, seperti kata
Sayyid Quthub, "Kau mulai jemu berjuang, lalu kau
tanggalkan senjata dari bahumu?"
Tidak! Kaulah pahlawan yang kurindu itu. Dan beratus
jiwa di negeri sarat nestapa ini. Atau jika tidak,
biarlah kepada diriku saja aku berkata: jadilah pahlawan
itu.
Read more »

DOWNLOAD! Novel PAKISTAN PALING GREGET (BAHASA INDONESIA)

Novel ini sangat menarik untuk dibaca, ketika membaca novel ini akan ditemukan hal yang berbeda dengan novel karya Indonesia. Cerita cinta berbingkai agama namun tidak kaku sehingga dibaca siapa aja sangat enak. Mungkin pada awalnya biasa saja namun disitulah uniknya novel ini yang akan mengiring pada bagian yang sangat menarik. Silakan Download disini.
Read more »

 

KAJIAN KEISLAMAN DAN KEILMUAN

BERITA DAERAH

POLITIK